Pentingnya Merundukkan Diri
Tulisan ini terinspirasi kisah seorang teman. Tentang derajatnya, dan sikapnya kepada sesama.
Meniru ilmu padi, makin tua makin merunduk.
Peribahasa di atas memang patut kita jadikan sebagai pegangan dalam mengarungi bahtera kehidupan.
Sebagai makhluk sosial, manusia tentu tidak dapat hidup tanpa adanya dukungan serta bantuan dari sesamanya. Begitu pentingnya rasa saling menghargai orang lain yang ada di sekitar kita. Jangan sekali-kali berpikir bahwa orang-orang di sekitar kita tidak dapat melakukan apa-apa tanpa kita. Namun, pikirkan juga bahwa kita adalah kecil, kita tidak dapat menghasilkan apa-apa tanpa pertolongan dari Tuhan Yang Maha Esa, dan tentu tanpa dukungan dan bantuan dari orang-orang sekitar kita.
Seorang muda, katakanlah dia bernama Roy. Tampangnya dewasa, kelihatan arif. Dia berasal dari keluarga terpandang di sekelilingnya. Kedua orang tuanya pengusaha cukup sukses dengan berbagai cabang perusahaan di kota-kota. Leluhurnya, yang lazim dipanggil kakek-neneknya, tinggal di sebuah desa kecil di daerah Djawa, menduduki derajat setingkat ningrat. Terkenal adalah hal yang amat biasa baginya. Dia tidak perlu bersua orang-orang sudah tahu siapa dia, tidak perlu mengawali, orang-orang tersenyum lebih dulu dengannya. Sungguh hebat, bukan?
Pendek saja.
Meskipun kita berasal dari (katakanlah) yang maha tinggi, setingkat ningrat sekalipun. Kebiasaan disapa terlebih dahulu tanpa peduli kita mengenal siapa nama orang yang menyapa tadi. Atau kesuksesan kita yang berhasil meraih predikat orang ter- di kampus dengan IPK 3,90 dan lain sebagainya. Tapi ingatlah, kita adalah manusia, kecil yang berdaya kecil pula. Kedudukan kita semua sama. Jangan biarkan derajat menjadi celah hujat, atas kesombongan dan ketidakpedulian. Maulah mengenal orang lain, agar engkau dikenal, tidak sekedar terkenal. Maka cinta Allah dan umatnya akan senantiasa denganmu, menyelimutimu, serta membawamu kepada kebahagiaan nyata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar