Ada kisah
yang belum sempat kubagi. Perjalanan belajar di sisa-sisa masa kuliah,
kumengenalnya dengan KKN.
Tulisan ini
aku persembahkan untuk teman-teman KKN Tim I Desa Pajomblangan yang sampai
detik aku menulis ini, meskipun sudah lebih dari 3 bulan KKN berakhir tetapi masih belum bisa move-on.
Mungkin bagi
kebanyakan mahasiswa Undip, KKN adalah momok, kalau bisa di-skip bahkan sebisa mungkin dihindari,
hal ini dirasakan juga oleh teman-teman sejurusanku, bahkan beberapa teman yang
satu tim denganku.
Entah
bagaimana hal lain bisa terjadi padaku, di saat yang lain merasa enggan, aku
justru menanti-nanti masa itu. Entah karena jiwa sosialku yang mulai bangkit
lagi, atau ada sesuatu yang ingin kuperoleh. Tapi, bagaimana pun aku tetap
bagian dari teman-temanku. Kuyakinkan mereka dan termasuk diriku sendiri bahwa “What
you think is what you’ll get”. Kalimat tersebut yang dulu menempel di mading kamar
kontrakanku.
Januari 2013,
serangkaian acara pra KKN telah kuikuti. Dari pendaftaran, pembekalan,
rapat-rapat, survey tempat, dan kegiatan lainnya. Oia, sebelumnya, aku
perkenalkan dulu, aku, Muhdam Azhar adalah koordinator Desa Pajomblangan
Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan. Merasa sebuah anugerah bisa
ditugaskan di tempat tersebut bersama tim yang sebenarnya biasa-biasa saja,
tetapi mereka mampu memberikan warna yang membuat hari-hari KKN menjadi luar
biasa. Ya, sebenarnya dibandingkan dengan tim lain, mungkin kami termasuk tim
dengan personal yang biasa saja, tidak banyak keistimewaan yang kami punya, tetapi
kesatuan kami mampu membuat kelompok kami mempunyai posisi yang istimewa di
hati kami masing-masing, bahkan di hati warga desa.
Ini soal
Teman
Hari-hari
pertama bertemunya kami berjalan biasa-biasa saja, bisa dibilang sering kosong
tanpa obrolan yang berarti. Puji syukur, berkat sedikit ilmu yang kumiliki dari
organisasi, aku coba mendekatkan satu per satu bagian dari kami. Bagi orang-orang
industri, it’s time for assembly. Usahaku pun membuahkan hasil, ya tentu berkat
dukungan teman-teman satu tim yang notabene memang orang-orang yang terlanjur
baik. Siapa sangka seorang Muslihuddin Aini yang tampangnya seperti Dukun cabul
ternyata memang ustad yang gokil. Hahaha, ini soal pertemanan yang mampu
menyatukan kami hingga saat ini.
Rebutan Rumah
Survei
pertamaku dengan tim kecamatan ditemani dengan Hotlan belum membuahkan hasil
yang signifikan. Dan memang sudah kami rencanakan untuk melakukan survey yang
ke-2. Dari survey ke-2 ini saya cukup appreciate buat tim yang ternyata mudah
berkoordinasi dan disiplin tinggi. Bagaimana tidak, janjian jam setengah 7 di
bundaran BRI, hampir semua datang tepat waktu dan justru akulah yang paling
akhir datangnya.
Perjalanan
survey ke-2 relatif lancar, tapi ada hal yang kurang aku suka disaat para wanita itu
menggunjingkan kondisi rumah Bu Ui yang tidak bersih dan terkesan berantakan.
Bahkan sampai di mobil yang akhirnya membuat aku pura-pura tidur, meskipun
memang ngantuk,hehe.
Hujan Mengawali
Langkah
Kami memang
berbeda dengan tim tetangga, kami memang lebih santai. Di saat yang lain sudah
angkut-angkut barang menuju TKP, kami justru mengangkutnya di hari H. Ya, kami
memang kumpulan orang-orang santai, termasuk diriku yang notabene sebagai
kordes, tapi bagiku toleran adalah keutuhan untuk timku. Paling hanya satu
orang yang suka repot dengan segala bentuk kesantaian yang kami jalankan, Dwi
Indra Jaya. Itu yang membuatnya dipanggil Kak Tatib oleh teman-temanku.
Overall, bagiku tak masalah yang penting semua sesuai target. Dan bagiku Indra
justru memberikan dorongan dan semangat untuk bekerja lebih giat.
Kami
berencana berangkat menuju TKP pukul 7.00 pagi, tapi karena cuaca tidak
mendukung, karena memang Januari kemarin adalah puncaknya musim hujan. Akhirnya
kami berangkat pukul 9.00 dengan satu mobil pickup berisi barang dengan sopir
Mas Agi ditemani Hotlan dan Titis. Sedangkan aku dan Indra, kami berdua
menerjang derasnya hujan dengan motor kami masing-masing. Nurul,Puri,Kiki dan
Rani akan menyusul keesokan harinya, sedangkan Mus menyusul sore harinya.
Cuaca kali
ini memang sangat tak bersahabat, perjalanan sepanjang Semarang-Pekalongan
diguyur hujan deras, banjir dan macet di jalanan serta kondisi jalanan yang
rusak menambah serunya petualangan perjalananku dan tim hari itu.
Muhammadun, the Inspirational and Edorable Song
Perkenalan
kami kepada warga, kami lakukan dengan nimbrung di acara mauludan. Hari-hari
itu kami awali dengan membantu panitia maulid yang menggelar serangkaian acara
dengan karnaval, khitan massal, dan pengajian umum. Dan dalam pengajian umum
itulah kami berkenalan dengan warga. It was my unforgettable experience ketika
diminta sambutan untuk memperkenalkan tim kepada warga. Bagaimana tidak, semua
orang yang memberikan sambutan termasuk MC yang memandu acara mampu bergaya
layaknya seorang kiayi ketika bertausiah. Sedangkan aku tak pernah belajar sebelumnya. Akhirnya
aku hanya bisa berpetuah dengan senjata khas Ir.Soekarno yang menggadang 10
orang pemuda yang akhirnya membuat teman-teman puas mengejekku.
Karena dalam
suasana maulid, dan kebetulan posko kami yang akhirnya berada di rumah Pak Eko
(lurah) yang notabene berada di samping masjid, sehingga suara gemuruh merdu
warga desa yang tiap malam ber-janjen
selalu terdengar. Dan salah satu sholawatan yang selalu terngiang-ngiang adalah
lagu Muhammadun.
Malam
Keakraban
Kata seorang
teman, minggu pertama KKN adalah perkenalan, minggu ke-2 massa egoisme (dan aku ngga pernah berharap hal ini terjadi), minggu
ke-3 sibuk laporan, dan minggu-minggu terakhir adalah massa kegalauan.
Sekarang
saatnya minggu pertama, perkenalan, baik sesama anggota tim maupun dengan
penghuni lain. Ya, malam itu memang cukup berkesan bagi kami, kecuali Indra,
karena dia sedang kembali ke Semarang untuk menghadiri salah seorang temannya
yang diwisuda. Puri yang datang dari rapat diantar pulang ke posko oleh Danang
(korcam). Permainan UNO kami tiba-tiba terhenti karena suasana posko sudah
tidak kondusif. Malam itu memang sedikit mistis, dimulai dari Mus yang melihat
rambut Puri bertambah panjang, ruang tengah yang tiba-tiba kulihat berasap, dan
berbagai kejadian aneh lainnya yang membuat Kiki akhirnya menangis. Suasana
begitu mencekam, kami memutuskan untuk berkumpul di kamar cewe sambil
memanjatkan doa-doa. Satu kejadian lucu dimana Mus dan Hotlan malah saling berlomba
kenceng-kencengan membaca kitab suci masing-masing. Setelah itu, Hotlan pun
sibuk menelpon semua keluarganya yang berada di Samosir.
Nurul Vs Ibu
Perkara perut
memang selalu menjadi biang keladi keributan kami di posko. “Pelayanan” dari
ibu yang dituding kurang memuaskan. Ibu, itu panggilan kami untuk ibunya Pak
Lurah, beliau yang baik hati itu laksana ibu kami sendiri.
Pelayanan
yang diberikan ibu untuk kami memang diluar ekspektasi, namun setelah
mengetahui berbagai duduk perkara yang terjadi, kelamaan kami juga mau
mengerti. Dari sana kami mengerti bahwa perjalanan kehidupan itu tidak semulus
yang kita bayangkan.
Suatu hari
Nurul karena kebiasaannya susah mandi, kami tinggal sendiri di posko untuk
melaksanakan program. Entah bagaimana pastinya perbincangan Nurul dengan ibu hari
itu akhirnya membuat beliau sakit hati. Tapi tidak bertahan lama, setelah
proses klarifikasi, akhirnya Ibu dan Nurul berbaikan. Bahkan Nurul menjadi
salah satu anak KKN yang dikagumi ibu karena kepandaiannya dalam memasak.
Jalan-jalan
Vs Pengajian
Kali ini
bukan pertama kalinya teman-teman memaksaku untuk pergi jalan-jalan. Pernah
suatu ketika Titis sampai berkata kasar kepadaku dan Puri jadi ngambek
semalaman sampai ngga mau makan malam karena kami batal jalan ke luar. Kebosanan
di posko yang sepi dan tanpa hiburan menjadi penyebabnya. Untungnya malam itu
ada Mas Agi yang berhasil mendamaikan kami kembali. “Cicak kecemplung lengo,
tiwas macak ra sido lungo”.
Hari special Mas
Agi berhasil kami “hancurkan” dengan dengan pesta ala anak TK. Sumpah, ngga
nyangka kami yang notabene lebih muda dari Mas Agi berani mendandaninya jadi
The Real “Bayi Sehat”. Sebagai rasa terima kasihnya, Mas Agi mengajak kami
makan malam di luar keesokan harinya. Kami menuju Kota Pekalongan dan
menghabiskan malam di sana. Malam itu sebenarnya ada undangan dari Pak Ridhwan,
salah seorang kiayi Pajomblangan. Undangan tersebut untuk memperingati hari
kelahiran Nabi Muhammad. Berbagai makanan telah disiapkan untuk kami, tapi
sayangnya kami tidak bisa datang atas kesepakatan tim. Akhirnya keesokan
harinya kami sowan ke rumah beliau untuk meminta maaf. Dan kami pun dijamu dan
diberikan oleh-oleh untuk dibawa ke posko. Pak Ridhwan memang orang yang sangat
baik dan termasuk salah satu sesepuh desa yang care dengan kami. Beliau sudah ditinggal istrinya meninggal dan
tanpa seorang anak. Oleh karena itu kami dianggap beliau seperti anaknya
sendiri. Bahkan sampai sekarang beliau masih menjalin komunikasi dengan kami.
Hotlan dan
Jefry
Ini kisah
tentang Hotlan, teman kami yang sudah yatim-piatu. Dia mempunyai kekasih
dambaan bernama Jefry. Kisahnya dengan Jefry-lah yang menjadi salah satu
hiburan untuk kami di posko.
Begitulah
secelumit cerita di balik kisah KKNku di Desa Pajomblangan. Masih banyak lagi
cerita yang tak akan habis untuk diulas di sini. 35 hari men.. Dari
program-program, sosialisasi dengan warga, serta cerita-cerita lain yang akan
panjang kalau diceritakan. Sampai akhirnya KKN harus berakhir dan kami tutup
dengan tangisan. Inilah kenangan bekal untuk cerita di hari tua.
Bersamamu
kuhabiskan waktu, senang bisa mengenal dirimu
rasanya semua
begitu sempurna sayang untuk mengakhirinya
Janganlah
berganti, tetaplah seperti ini. –Sahabat Kecil by Ipang
Salam hangat
untuk Bu Ui, Bu Emi, Pak Eko, Pak Carik, Ibu dan Bapak, Bu Ruroh, Pak Ridhwan,
Pak Khunaifi, Rofiqoh, Akbar, Rikza, Ai, Zahra, Ismi, Latus dan semua adek-adek SD dan MI Pjb, warga
Pajomblangan, guru dan siswa RA Pjb, siswa-siswi SMP NU, dan semua orang yang
selalu membantu kami yang tak dapat kami sebutkan satu per satu.
Kami,
Tim I KKN PPM
Undip Desa Pajomblangan
Muhdam Azhar,
Teknik Industri, Jepara
Rizky Dewi
Septiyani, Peternakan, Semarang
Puri
Widayanti, Manajemen, Karanganyar
Titis Auliya
Asmarani, Kesehatan Masyarakat, Bawen
Nurul
Oktaviani, Sastra Indonesia, Slawi
Hotlan
Simbolon, Fisika, Samosir
Dwi Indra
Jaya, Administrasi Publik, Slawi
Muslihuddin
Aini, Perikanan, Lombok Timur
Maharani
Kusumaningrum, Teknik Kimia, Wiradesa
Prian Agi
Suskenda, Teknik Sipil, Slawi
|
Setelah Pelepasan di Lapangan Widya Puraya |
|
Bersama Mas "Merek" |
|
Sosialisasi berujung Penyesalan karena dicuekin sama ibu-ibu |
|
Penyebab utama terjadinya ketakhirauan |
|
Sambutan perkenalan mahasiswa KKN |
|
Hotlan in Action, Salah satu kondisi kamar mandi warga |
|
Persiapan sosialisasi Apotek Hidup |
|
Dampak diPHP-in sama Pak Imam "Lebe" |
|
Sosialisasi Apotek Hidup bersama ibu-ibu di sekitar Bu Ui |
|
Perayaan Maulid Nabi bersama siswa-siswi PAUD |
|
Persiapan LCC tingkat Kecamatan |
|
Ulang tahun Mas Agi "Bayi Sehat" |
|
Tanam Pohon yang direncanakan bersama warga desa dan TNI |
|
Duren pemberian Bu Ui dari kebun Pak Thoriq |
|
Nurul in Action, Main Speaker |
|
at Mataram, kabur dari undangan Pak Ridhwan |
|
Hari terakhir ngajar di SMP, sesi tangisan |
|
Papanisasi yang akhirnya diganti dari besi karena kritikan Pak Camat |
|
Special Request buat ngajar di TK |
|
Makan siang Nasi Sambel Terong |
|
Perjalanan ke rumah Pak Agus |
|
Kejahatan kita sebenernya dimulai dari sesi ini, Teori Konspirasi |
|
Hari pertama ngajar pramuka, ini di kelas para "preman" |
|
Karnaval Rakyat Desa Pajomblangan dalam Rangka Maulid Nabi |
|
Bu Emi and her son, Fadhil "The Gha" |
|
Sosialisasi Bisnis Kreatif di rumah Bu Emi |
|
Persiapan Pesta Siaga, Byar Byar Byar |
|
PHBS, jadi keinget sama anak dikompas sama kakak kelasnya |
|
Carrefour, tempat nongkrong andalan |
|
Karaoke, kegiatan pelepas penat yang ampuh mengusir kegalauan |
|
Ultah Hotlan, didandani ala "Mbok Dhe" |
|
Latihan Yelyel untuk Pesta Siaga |
|
Ini yang bikin Nurul akhirnya rajin mandi, Nurul's Performance |
|
Menghitung hari berakhirnya KKN |
|
Keceriaan minggu pertama |
|
Kondisi tempat tidur para pria |
|
Rapat tahunan desa |
|
Poster yang dipersiapkan untuk karnaval, tapi ngga jadi dipake |
|
Masjid Agung Pajomblangan |
|
Early in the Morning, ready for daily activities |
|
Teh Bandulan; Teman Silaturahim |
|
Menggambar peta panorama |
|
Indra and his Fans |
|
Pengadaan tong sampah |
|
Rainy Journey, Trip to LA - Linggo Asri |
|
Walimah putri Pak Carik, kejadian batik samaan sama keluarga mempelai |
|
Gapura Pajomblangan, after renovation |
|
Menghitung jam at Pantai Sigandu Batang |
|
Museum Batik Pekalongan |
|
Expo KKN and Fashion Show |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar