Belalang – salah satu kota kecil di Provinsi Tanah Lapang. Berdiri
dengan megah sebuah akademi keteknikan, sebuah kampus yang menyimpan cita-cita
dan harapan pemuda-pemudi negeri Sabang. Di sanalah para pria lajang
dikumpulkan, dipupuk untuk menjadi tulang punggung negeri Sabang yang kata
orang gemah ripah loh jinawi. Maka dari itu, pendidikan menjadi bekal ke depan,
untuk kemajuan dan kesejahteraan.
Ini sebuah kisah persahabatan, terjalin hubungan pertemanan antara
pria-pria Kampus Harapan. Dipertemukan lewat instansi pendidikan, perjalanan
hari-hari mengenyam pendidikan akhirnya mereka lalui bersama. Pria-pria
tersebut adalah Adam, Vian, Hendra, dan Iman, mahasiswa teknik Kampus Harapan.
Semester Baru. Hari itu cuaca begitu cerah di Kota Belalang.
Keempat pria tersebut terbangun dari tidurnya masing-masing. Udara segar berhembus
menyambut dengan riang. Sekarang mereka sudah berada dalam satu rumah kontrakan.
Itulah mengapa mereka disebut Pria-Pria Kontrakan.
Pagi itu semuanya berkumpul di ruang tengah, mereka sedang
bersiap-siap membersihkan rumah yang baru saja mereka tempati. Sapu, ember, lap
pel, dan berbagai alat kebersihan lainnya sudah siap di tangan. Mereka saling
bahu membahu membersihkan rumah kontrakan yang dalam beberapa tahun ke depan
akan mereka tempati bersama sembari menyelesaikan tugas mereka untuk memperoleh
gelar diploma. Hari itu menjadi hari yang sibuk, sebab setelah bersih-bersih
rumah, siangnya mereka akan pergi ke pasar untuk membeli segala kebutuhan untuk
rumah kontrakan.
Hari kedua. Pagi itu menjadi pagi yang indah bagi Pria-Pria
Kontrakan. Karena hobi dalam memasak, Vian dan Iman sibuk mengerjakan sesuatu
di dapur. Mereka berdua sedang menyiapkan sarapan, menu pagi itu adalah nasi
goreng, tentu dengan resep spesial. Sementara di tempat lain, Adam dan Hendra
sibuk menyapu lantai dan halaman. Setelah semua beres, mereka berkumpul di
ruang tengah untuk menikmati hidangan yang sudah disiapkan. Hal itu menjadi
rutinitas untuk hari-hari ke depan.
Esok hari di kalender menunjukkan tanggal merah. Kesibukan di kampus rupanya membuat Pria-Pria Kontrakan menjadi suntuk dan butuh hiburan. Mereka memutuskan untuk pergi bertamasya bersama. Pria-Pria Kontrakan sepakat pergi ke luar kota untuk melepas penat. Bersama dengan beberapa teman di kampus, Pria-Pria Kontrakan pergi menjelajahi Kota Kumbang yang jarak tempuhnya sekitar 3jam perjalanan dari Kota Belalang. Di sana, mereka bersenang-senang, mengabadikan berbagai gambar untuk kenang-kenangan. Hari itu menjadi hari yang menyenangkan bagi Pria-Pria Kontrakan.
Namun sayang, kesenangan rupanya tak mampir lama di kehidupan Pria-Pria
Kontrakan. Kondisi akademis di kampus membuat Pria-Pria Kontrakan kewalahan.
Semua itu diiringi masalah yang bertubi-tubi menyerang. Terlebih soal rumah
kontrakan. Tikus-tikus rumah datang menyerang, mereka mengotori rumah dan
menyebar banyak kotoran. Rumah kontrakan menjadi bau dan tidak nyaman. Masalah
makin runyam dikala toilet rumah kontrakan mengalami penyumbatan. Air dan
kotoran dari kloset tidak dapat mengalir dengan baik. Suasana rumah kontrakan
membuat Pria-Pria Kontrakan menjadi makin geram.
Pria-Pria Kontrakan sekarang menjadi orang-orang paling sibuk.
Selain akademis, mereka juga berperan sebagai mahasiswa aktivis. Mereka banyak
menghabiskan waktu untuk mengejar cita-cita dan kebanggaan. Berangkat pagi
pulang larut malam. Mereka jarang bertemu dan duduk-duduk bersama lagi. Rumah
kontrakan semakin kotor dan bau. Semua berantakan. Suasana pagi dengan sarapan
bersama tidak lagi ditemui. Satu per satu mulai jenuh dan pupus harapan.
Namun, kini Pria-Pria Kontrakan tersadar bahwa apa yang mereka jalani
adalah sebuah kesalahan. Persahabatan mereka seakan-akan sudah tinggal
kenangan. Malam itu mereka berkumpul berempat di rumah kontrakan membicarakan
kondisi kekinian hingga larut malam. Mereka merenung meskipun saling
menyalahkan. Tapi renungan mereka tak berhenti begitu saja. Hari esok rumah
kontrakan habis tempo, artinya mereka harus pergi dan menjalani hari-hari
sendiri. Namun, kearifan datang. Pria-Pria Kontrakan memutuskan untuk
memperpanjang masa rumah kontrakan. Mereka tahu resikonya adalah harga sewa
rumah yang semakin mahal, tapi demi keharmonisan, mereka rela tetap bertahan
untuk menjalin hubungan yang diharapkan, ini bicara soal pertemanan,
perkawanan, dan persahabatan.
Pria-Pria Kontrakan: Hendra, Iman, Adam, & Vian |
terharu ndutt ngebacanya haha
BalasHapushehe, makasih prim..
Hapusjadi inget dulu pas pertama kali liat rumah kontrakan ( '_')
BalasHapussempet matahin gagang pel, sempet matahin handle pintu...
ntah akunya yg kelewat kuat atau rumahnya yg emang lemah lembut...
hehe hehe
someday pria-pria kontrakan yg sukses, akan berkumpul lagi dengan jas dan dasinya :))
hahaha, itu yg bikin km ngerasa g enak kalo main ke kontrakan ti..
HapusAmiin ya Rabb, semoga kita semua kelak mjd orang yg sukses dunia-akhirat
masuk kamar mandi yang pintunya bisa buka dengan cara diangkat a.k.a pintu jebol :')
BalasHapuskangen ngerjain bareng yaaaa di kontrakan sampe di usir