Tentu tidak asing bagi
kita ketika mendengar nama Raden Saleh, pelukis keturunan ningrat Jawa yang
besar di Semarang ini telah banyak menghasilkan karya-karya yang luar biasa.
Cerita yang paling terkenal adalah ketika lukisan bunganya dihinggapi seekor
kupu-kupu karena betapa indah dan kelihatan nyata lukisan tersebut. Beliau juga
memanfaatkan keahlian melukisnya untuk mengritik kerajaan Hindia Belanda dalam
tragedi penangkapan Pangeran Diponegoro, meskipun pada waktu itu Raden Saleh
tinggal di dalam lingkungan kerajaan Belanda. Kata khalayak masa itu, Raden Saleh memang terlahir sebagai seorang pelukis.
Ya, setiap orang lahir di
dunia dengan garis takdirnya masing-masing. Selain memberikan kekurangan, yang
menunjukkan ketidaksempurnaan manusia, Tuhan juga memberkati kita dengan
berbagai kelebihan yang dapat diasah dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Kemampuan itulah yang kita kenal dengan bakat. Bakat adalah karunia dari Tuhan
yang melekat dalam diri kita. Bakat atau kemampuan itu dapat berupa seni, olah
raga, akademik, kepemimpinan, dan lainnya.
Seorang Albert Einstein misalnya memilih hidup berkutat dengan penelitian ilmiah, maka terciptalah banyak teori
dari kepalanya, seperti teori relativitas yang melegenda. Jalan yang dipilih
Einstein tentu berbeda dengan apa yang dipilih Soekarno dengan kepemimpinan dan
politik marhaenisme-nya, Budi Hartono dengan keahliannya dalam bidang bulu
tangkis atau Cristiano Ronaldo dalam bermain bola, James Gwee atau Mario Teguh sebagai seorang motivator, apalagi Leonardo da Vinci dan Raden
Saleh dalam melukis. Namun, tentu Einstein sampai sekarang pun bangga dengan jalan yang telah
dia pilih. Dia tak perlu menjadi Soekarno, Budi Hartono atau James Gwee untuk
menunjukkan siapa dirinya. Dia cukup menjadi dirinya sendiri dan fokus terhadap
apa yang dia miliki untuk menjadi berarti bagi dunia.
Ketidakmampuan kita akan
sesuatu terkadang menjadi penghalang bagi kita untuk melangkah maju. Kita tidak
cukup percaya diri dengan apa yang kita punya. Bahkan lebih parahnya kita tidak
mengetahui apa saja kepunyaan kita. Oleh karena itu, langkah pertama yang harus
dilakukan adalah mengenal terlebih dahulu siapa diri kita dan apa saja yang
kita miliki. Tak perlu kita minder dan merasa tidak puas, sebab Tuhan telah
menggariskan kita dengan bekal yang cukup. Hanya waktu dan kegigihan kita untuk
menjadikan kepunyaan kita menjadi lebih dari berharga.
Salah satu hal yang juga
berpengaruh terhadap kemampuan diri kita adalah lingkungan kita. Lingkungan
tersebut dapat menjadi pendukung atau bahkan menjadi penghambat bagi kita untuk
berkembang. Salah satu contoh penghambat bagi perkembangan kita adalah pandangan remeh dari sekitar. Caci dan makian orang-orang terkadang justru membuat kita semakin
loyo dan tidak percaya diri. Namun, sekarang saatnya bangkit. Kita harus tetap bersyukur atas segala yang telah Tuhan beri. Katakan kepada
orang-orang yang suka meremehkan kita, “Tidak perlu kita cari-cari apa yang orang
lain dapat lakukan untuk dunia, tetapi tanyakan kepada diri kita sendiri apa
yang bisa kita lakukan untuk dunia”. Hidup ini sederhana, semudah kita bercermin,
melihat apa yang ada pada diri sendiri, sebelum aktif menyoroti orang lain.
Tuhan sangatlah adil, Dia
menciptakan manusia dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing agar
keberadaannya saling melengkapi. Jangan pernah memaksakan setiap orang harus
sama. Jangan suka menilai orang dengan parameter yang kita punya. Setiap orang
mempunyai kelebihan masing-masing, setiap orang mempunyai minat dan bakat
masing-masing, dan setiap orang mempunyai kapabilitas dan kapasitasnya
masing-masing. Kita pun tak perlu menjadi sama dengan orang lain untuk dianggap
hebat. Banyak profesi di dunia ini dan semuanya tak dapat dikerjakan oleh satu
orang. Ingat, seorang dokter bedah saja tetap membutuhkan dokter yang lain ketika ia harus dioperasi.
Mengenali potensi diri
dan bekerja keras mengasahnya adalah kunci keberhasilan seseorang. Dan
perjuangan untuk meraihnya tidaklah mudah, banyak tantangan dan rintangan. Namun, dengan perjuangan dan kerja
keras semua mimpi besar akan tercapai. Seperti perjuangan keras Muhammad
Alfatih sehingga mampu menaklukkan Konstantinopel. Man jadda wa Jada, siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar