Hari jumat kemarin aku diminta
oleh Panitia Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) Himpunan Mahasiswa Teknik Industri
untuk memberikan materi dalam acara yang mereka selenggarakan untuk para
mahasiswa baru angkatan 2013. Acara akan dilaksanakan hari sabtu dan aku baru
diberi tahu melalui pesan singkat pada jumat siang setelah sholat jumat. Awalnya
permintaan itu sempat aku tolak dengan berbagai alasan, karena terlalu “tua”lah untuk mengisi acara,
atau aku yang menginginkan agar pembicara dari angkatan 2010 atau 2011 saja
sebagai bentuk regenerasi. Karena aku tak mau dikatakan sebagai pengkader yang
gagal sebab sampai sekarang belum bisa melahirkan pembicara di jurusan sendiri. Padahal ketika masih menjabat sebagai pengurus himpunan, akulah yang menginisiasi
menyelenggarakan acara Intensive Class Training bagi adik-adik staff dengan
materi Good Public Speaking, baik sebagai Speaker maupun sebagai Master of
Ceremony.
Aku didaulahi memberikan materi tentang organisasi, dan ternyata itu adalah materi pembuka pada jam 8.30 pagi. Jam segitu terlalu pagi bagiku yang notabene sudah menjadi mahasiswa tingkat akhir. Sabtu pagi biasanya kugunakan untuk bersepeda atau bermalas-malasan di depan laptop, menonton televisi, atau membaca buku. Tidak seperti dulu ketika masih ada jam kuliah, sabtu pagi harus sudah berada di kampus untuk praktikum, atau memang karena ada kegiatan.
Aku didaulahi memberikan materi tentang organisasi, dan ternyata itu adalah materi pembuka pada jam 8.30 pagi. Jam segitu terlalu pagi bagiku yang notabene sudah menjadi mahasiswa tingkat akhir. Sabtu pagi biasanya kugunakan untuk bersepeda atau bermalas-malasan di depan laptop, menonton televisi, atau membaca buku. Tidak seperti dulu ketika masih ada jam kuliah, sabtu pagi harus sudah berada di kampus untuk praktikum, atau memang karena ada kegiatan.
Salah satu alasan kenapa masih
aku yang diminta menjadi pembicara adalah karena menurut para panitia aku memang salah
satu contoh mahasiswa Teknik Industri yang mempunyai riwayat pengalaman
organisasi yang cukup bagus.
Padahal bagiku masih banyak orang lain, terutama teman-temanku seangkatan, yang
mempunyai riwayat organisasi bahkan prestasi yang jauh lebih baik dariku. Dalam
pikirku juga mungkin karena akulah salah satu senior yang tiada segan untuk
dimintai tolong sebab aku memang dekat dengan para juinorku itu. Tapi tak
mengapa, bagiku ini suatu kepercayaan dari adik-adikku, aku pun harus bisa
memberikan contoh kepada mereka kalau mahasiswa aktivis harus siap kapan saja
ketika dimintai tolong, apalagi sebagai pembicara yang memang sudah menjadi salah
satu pekerjaan mahasiswa aktivis. Dan ini juga sebagai ajang bagiku untuk
mengenal adik-adik baruku sekaligus memberikan sedikit pesan bagi mereka.
Tidak ada persiapan khusus untuk
mengisi materi hari itu. Selain karena sifatnya yang dadakan, aku juga sudah
punya janji pada malam sebelumnya untuk berkumpul dengan teman-temanku.
Aku pun baru membuat ppt yang akan aku gunakan sebagai "pemanis" dalam materiku
pada pukul 7.30, satu jam sebelum materi dimulai. Hanya empat slide yang berisi
gambar-gambar, yang salah satunya ada fotoku di slide paling akhir. Aku memang tak
bisa membatalkan janji dengan teman-temanku hanya karena urusan pribadiku.
Karena bagiku bertemu dengan mereka, selain dapat menghilangkan penat, juga
mampu memompa semangat dan menambah banyak informasi baru. Teman-teman yang
akan aku temui adalah teman-teman yang aku kenal dalam lingkungan Fakultas
Teknik Undip, beberapa juga yang menjadi tim sukses bagiku ketika aku maju
dengan Surya mencalonkan diri sebagai pasangan ketua dan wakil ketua BEM FT,
dan akhirnya kami juga menjadi tim sukses bagi Aldias ketika dia mencalonkan
diri bersama Fajar (FH) sebagai calon presiden dan wapres BEM universitas, yang
meskipun kedua pasangan calon ini akhirnya gagal. Namun, dengan semua proses di
balik kegagalan itulah yang akhirnya dapat menyatukan kami sampai saat ini. Ya,
mereka adalah sahabat-sahabat terbaik di Fakultas Teknik, kami menyebut diri
sendiri “Grup Teknik Asik”, kumpulan mahasiswa-mahasiswa aktivis dari berbagai
jurusan di Fakultas Teknik Undip.
Berkumpul dengan Grup Teknik Asik
memang salah satu kegiatan yang mengasikkan. Selain mencari kegiatan yang
moodbooster, dengan banyak canda dan tawa, kami juga sering berdiskusi dan
berbagi informasi tentang banyak hal, dari sosial, politik, sampai keagamaan,
meskipun kami terdiri atas mahasiswa yang berbeda-beda suku dan agama.
Sayangnya waktu itu hanya empat orang yang bisa hadir, tapi tidak sedikit pun menyurutkan
semangat dan keasikan kami. Ditemani dua piring nasi goreng untuk berempat, empat
gelas milo hangat, serta beberapa makanan ringan, obrolan panjang pun terjalin
sampai pukul 11.30 malam. Hal itu yang akhirnya membuatku datang terlambat ke acara
PMB karena masih merasa ngantuk di keesokan harinya, setelah sholat subuh berjamaah di masjid, aku
langsung kembali tidur tanpa ikut dzikiran dan tadarus. Selain itu aku memang
tiba-tiba kepikiran untuk membeli beberapa batang coklat yang akan aku berikan
kepada adik-adik baruku sebagai welcome gift untuk mereka.
Sehari sebelumnya aku sempat
bertanya kepada panitia tentang kondisi para mahasiswa baru itu. Katanya mereka
sangat aktif. Dan benar, aku buktikan sendiri perkataan para panitia dengan riuh dan
antusiasme mereka dalam kelas. Kedatanganku disambut dengan ramainya tepuk
tangan dan senyuman mahasiwa yang masih tampak “polos” itu. Aku pun jadi semakin bersemangat untuk memberikan materi. Materi kubuka dengan meminta tiga orang dari
mereka maju ke depan. Setelah berkenalan, kuminta mereka membagi teman-teman
angkatannya ke dalam dua buah lingkaran, satu lingkaran kecil di tengah dan
satu lingkaran besar di luarnya sehingga terlihat seperti kue donat. Setelah
lingkaran terbentuk, aku minta ketiga orang yang maju ke depan tadi untuk
memimpin teman-temannya melakukan Goyang Caisar, tentu dengan iringan musik khasnya. Suasana begitu ramai diiringi
gelak tawa karena tingkah lucu ketiga orang tadi. Dan mereka terlihat kompak
dengan semangat mengikuti gerakan ketiga temannya.
Materi berlanjut dengan diskusi
dan selingan motivasi bagi mereka. Ada sesi di mana aku sedikit keras dengan
mereka lantaran ingin mengajarkan cara bersikap tegas sebagai mahasiswa.
Alih-alih tersinggung, mereka justru termotivasi. Dan aku suka dengan mahasiswa
yang seperti itu. Acara berjalan lancar dengan beberapa selingan simulasi yang
aku berikan. Itulah gaya mengajarku sebagai pembicara. Menurut junior-juniorku
yang sekarang jadi panitia, gayaku dalam mengisi acara tampak seperti ice breaking yang
memberikan angin segar di tengah penatnya mereka.
Aku memang tidak memberikan
banyak materi seperti pembicara pada umumnya. Aku lebih suka berdiskusi dan
mengajak para peserta aktif mengutarakan pendapat. Apalagi untuk materi kali ini,
organisasi, mungkin akan sangat berbasa-basi sebab bagaimana pun mereka sudah
mengerti isi materinya. Dalam ruangan itu saja, sejumlah peserta ternyata
merupakan mantan ketua OSIS saat SMA. Jadi kurasa tepat metodeku kali ini.
Aku lebih banyak mengajak mereka menyelami masa-masa ketika nanti sudah resmi
menjadi real mahasiswa. Aku tekankan kepada mereka agar tidak takut dengan
perkara IPK yang selama ini menghantui para mahasiswa dan menjadi kekhawatiran
para orang tua sehingga menjadikan anak-anaknya takut untuk aktif
berorganisasi. Aku juga menekankan kalau ketakutan mereka adalah soal manajemen
waktu, justru dengan terjun dalam organisasi, mereka akan belajar bagaimana
mengatur waktu dengan baik. Sebab bagaimana pun teori tanpa praktek is nothing.
Ada beberapa mahasiswa baru yang mengaku padaku berencana tidak akan mengikuti
organisasi karena takut akan dua hal itu, IPK dan manajemen waktu. Dan kembali
aku yakinkan kepada mereka bahwa justru keduanya akan bisa diperoleh dengan
nilai bagus kalau mereka aktif dalam organisasi. Aku juga menyebutkan beberapa
nama senior-senior mereka yang mantan ketua himpunan atau aktivis mahasiswa
tetapi justru mampu berprestasi, bahkan menjadi lulusan terbaik dalam wisuda di
tingkat fakultas dan akhirnya memperoleh beasiswa S2 ke luar negeri. Semua hal
itu juga dikarenakan mereka aktif dalam organisasi yang berhasil menyuntik
mereka dengan semangat kerja keras untuk bisa meraih mimpi-mimpinya.
Aku juga memberi tahu mereka
tentang 3A dalam goal organisasi, yaitu Attitude, Adaptive, dan Analyze.
Attitude merupakan kesatuan sikap yang harus dimiliki oleh mahasiswa aktivis.
Attitude aku samakan dengan akhlaq, meskipun makna akhlaq sendiri lebih dalam
dibandingkan dengan attitude. Attitude merujuk pada cara bersikap dan
bertingkah laku, teknik menguasai egoisme, menjaga ucapan dan cara penyampaian
pendapat, serta menjaga perasaan dan pola pikir. Aku mengaitkan attitude dalam
berpikir dengan The Power of Mindset dimana pikiran positif akan berbuah hasil
yang positif juga, dan begitupun sebaliknya. Attitude juga berkaitan dengan
hal-hal fisik seperti cara berpakaian. Dalam pepatah Jawa, “Ajining dhiri saka
lathi, ajining raga saka busana” yang berarti harga diri seseorang dilihat dari
2 hal, secara batiniah dari ucapannya dan secara lahiriah dari apa yang
dikenakannya. Goal yang kedua adalah adaptive dimana merujuk pada kemampuan
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar, mandiri, serta mampu bersimpati dan
berempati kepada sesama. Sedangkan analyze adalah kemampuan menganalisis,
membaca situasi dan masalah sebagai dasar dalam mengambil keputusan. Kemampuan
analisis inilah yang nanti sebagai pelengkap dalam menentukan sikap (attitude)
dan beradaptasi (adaptive).
Organisasi tidak terbatas pada organisasi eksekutif maupun legislatif seperti BEM, HMJ, atau Senat mahasiswa. Namun, berbagai komunitas baik di dalam maupun di luar kampus juga termasuk organisasi yang bisa diikuti, termasuk UKM bidang seni dan olahraga, serta pecinta lingkungan. Aku menerangkan kepada para peserta bahwa kelak kita juga akan menghadapi dunia organisasi yang nyata, selain tempat kita bekerja, keluarga kecil kita merupakan sebuah organisasi. Karena keluarga terdiri atas lebih dari satu orang yang mempunyai tujuan bersama.
Sesi organisasi berjalan lancar
dan begitu menyenangkan. Sebelum ditutup aku memberikan motivasi bagi mereka
agar berani untuk bermimpi dan berjuang keras dalam menggapai mimpi-mimpinya.
Acara aku tutup dengan memperkenalkan diri. Aku sengaja memperkenalkan diri di
akhir acara supaya mereka dapat belajar untuk mendengarkan perkataan orang lain
tanpa melihat siapa yang menyampaikan. Untuk keseluruhan, aku memberikan
adik-adikku dengan nilai B+ karena antusiasme dan semangat mereka dalam
mengikuti kegiatan kaderisasi. Aku berharap kelak merekalah generasi yang mampu
membangun Indonesia menjadi negara yang lebih baik lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar