Mungkin jika dibandingkan dengan yang lain, tugas akhirku tak ada apa-apanya. Tak ada rumus atau model yang rumit, tak ada uji statistik yang sulit, yang ada hanya analisis. Begitu sederhana. Tapi aku sangat bangga bisa membuatnya.
Ketika masuk semester VI,
aku mengikuti mata kuliah “Lean Manufacturing System”, pengampunya Bu Ninik,
sekretaris jurusan Teknik Industri. Dalam sela-sela mengajar, beliau
menyinggung soal tugas akhir. Beliau mengatakan akan lebih baik membuat tugas
akhir dengan tema yang baru, menurut beliau TA-TA yang ada di RBTI
(Ruang Baca Teknik Industri) itu sudah banyak yang basi, setiap tahun mahasiswa hanya mencontoh tugas akhir punya senior-seniornya, jarang sekali ada mahasiswa yang berani melakukan terobosan.
(Ruang Baca Teknik Industri) itu sudah banyak yang basi, setiap tahun mahasiswa hanya mencontoh tugas akhir punya senior-seniornya, jarang sekali ada mahasiswa yang berani melakukan terobosan.
Pesan singkat itu membuatku
memikirkan sesuatu. 2 hal yang aku rencanakan untuk tugas akhirku besok. Yang
pertama, aku berniat untuk lebih santai saat mengerjakan tugas akhir nanti.
Memang niat ini sedikit nakal, di saat yang lain ingin cepat-cepat selesai aku
justru ingin berlama-lama. Aku ingin memanfaatkan waktu “luang”ku itu untuk “bersenang-senang”.
Bagaimana tidak, kuliah di TI memang banyak menyita waktu. Ditambah aku aktif
di beberapa organisasi kampus. Aku ingin bisa memantapkan bahasa inggrisku di
Pare, aku juga berencana ikut student exchange, atau ikut magang di perusahaan
di luar negeri. Bagiku selain bisa mendapatkan ilmu, kegiatan tersebut juga
sangat menyenangkan, karena bisa jalan-jalan aka travelling aka piknik. Rencana
yang kedua ialah mengambil tema yang unik dalam tugas akhirku besok sehingga
aku tak perlu repot-repot “nyontek” kerjaan senior-seniorku. Aku ingin sesuatu
yang beda. Meskipun aku tahu, resikonya mungkin aku akan sedikit kesulitan
sebab tidak ada yang bisa dicontekin, terutama soal metode.
Manusia boleh merencanakan,
tapi Tuhanlah yang menentukan.
Memasuki semester 8, pasca
melaksanakan tugas KKN, ada pengumuman bahwa akan ada perbaikan praktikum
prosman bagi angkatan 2009. Bagai petir di siang bolong, betapa terkejut
diriku. Bagaimana tidak, aku adalah salah satu dari 50 mahasiswa yang
memperoleh nilai D. Ya Allah, padahal aku sudah memperbaiki mata kuliah itu
sehingga bisa dapat nilai A. Tapi kenapa sekarang mata kuliah dan praktikumnya
harus dipisah? Semua ini gara-gara konversi kurikulum. Rencana seketika akan
kuubah. Aku membatalkan niat untuk ikut seleksi student exchange atau magang di
luar negeri, bahkan juga harus pupus harapan bisa belajar di Pare. “Penderitaan”
bertambah ketika sekjur mengumumkan bahwa mahasiswa tidak dibolehkan mengambil mata
kuliah di luar jalur minat sebelum terpenuhi mata kuliah wajib minat. Petuah
itu berbanding 180 derajat dengan informasi ketika sosialisasi kurikulum baru
pada semester sebelumnya. Dan itu artinya aku harus mengambil 1 mata kuliah
lagi.
Kujalani hari-hariku
semester 8 dengan belajar di kelas lagi. Mata kuliah yang aku ambil dijadwalkan
di hari senin, artinya aku masih punya banyak waktu. Tapi sayang, ternyata
perbaikan praktikum prosman sangat menyita waktu.
Aku memang tergolong orang
yang pandai memberikan masukan untuk orang lain, tapi tidak untuk diriku
sendiri. Aku memberikan saran mengenai tema tugas akhir untuk teman-temanku.
Mereka mengiyakan dan segera mengambil langkah. Mulai mencari jurnal, bimbingan
informal dengan dosen pembimbing, dan mulai menyicil proposal. Sedangkan aku
masih berkutat dengan beberapa tema yang belum juga aku putuskan mau pilih yang
mana. Terlalu banyak pertimbangan, dan justru membuat aku jauh tertinggal dari
teman-temanku, terutama teman satu lab.
Malam itu aku sudah
memutuskan satu tema yang aku akan gunakan untuk tugas akhirku, pricing. Aku
akan menggunakan metode Willingness to Pay dan melakukan penelitian di
Kura-Kura Ocean Park Jepara. Beruntung sekali dosenku mau aku datangi ke
rumahnya malam itu untuk bimbingan dengan mengajukan jurnal-jurnal yang
semuanya adalah jurnal internasional. Aku berharap malam itu temaku di-ACC dan
esoknya aku bisa pulang ke Jepara sekalian memberikan surat ke dinas dan
pengelola KOP. Sehari sebelumnya aku sudah mengurus semua kelengkapan, termasuk
proposal dan surat pengantar. Semua akan berjalan dengan mulus dan segera aku
mulai penelitianku.
Namun, sesampainya di rumah
dosen, temaku memang di-ACC, tapi Bu Nia, dosen pembimbingku, menawariku sebuah
proposal penelitian yang sudah diajukan ke Dikti. Kubaca sekilas proposal
tersebut lewat tab-nya. Proposal penelitian tentang penerapan SNI dalam
pengadaan barang/jasa pemerintah. Aku disuruh memilih antara temaku sendiri
atau tema tersebut yang juga buah ide bersama Pak Heri (doctor dan ahli
pengadaan pemerintah), Bu Aries (doctor ahli statitiska industri) dan Bu Diana
yang tak lain juga dosen waliku (aktivis BSN dan penggiat SNI). Kurasa malam
itulah kegalauan terbesarku.
Aku tetap memutuskan untuk pulang
pada keesokan harinya. Kali ini juga untuk berdiskusi dengan bapak. Hasil
diskusi dengan bapak berjalan seperti biasa, hanya memberikan analogi, selebihnya
aku yang harus menganalisa dan memutuskan sendiri. Tinggalkan keragu-raguan,
itu kuncinya. Tapi justru sekarang aku malah mengambil yang ragu-ragu itu. Bisa
dikatakan, proposal yang akhirnya dikirim via email itu, masih belum jelas,
metode dan semua langkah-langkahnya. Itu artinya aku harus menerjemahkan
sendiri isi proposal tersebut, tidak hanya metodenya, tapi juga data dan segala
ubo rampenya.
Sepertinya aku memang tipe
orang yang akan bekerja giat kalau mempunyai banyak kesibukan. Di tengah-tengah
sibuknya perbaikan prosman, aku justru giat mengejar proposal tugas akhirku.
Dan aku akhirnya berhasil melaksanakan seminar proposal. Padahal ketika
perbaikan praktikum tersebut belum berjalan, aku justru berleha-leha dengan hal
yang namanya tugas akhir. Hal ini juga berlaku di saat aku sibuk dengan
organisasi, aku justru semangat belajar. Tapi di saat semua organisasiku sudah
berakhir, aku justru terlalu santai.
Tapi ternyata semangat itu
tidak bertahan lama, setelah seminar aku justru terlena. Aku begitu santai
mengerjakan TA, seperti tidak punya target apa-apa. Dan parahnya, aku sempat
mengalami masa terpuruk. Data yang begitu susah untuk didapatkan karena
terbentur perkara birokrasi. Maklum, aku memang membutuhkan data pengadaan
dimana lading korupsi tumbuh dengan segar. Ibaratnya,kalau dianalisis
menggunakan cause and effect diagram, pengadaan-lah sumber utamanya. Dan hal
itu berlanjut sampai aku harus menyebarkan kuesioner kepada 30 PPK (Pejabat
Pembuat Komitmen) di 14 SKPD di Jawa Tengah. Semua terasa berat, berat karena
harus sendirian kemana-mana, menunggu dengan tingkat kepastian yang rendah,
ditambah bumbu-bumbu pesimisme yang mulai datang. Aku seperti bukan diriku,
tanpa motivasi, tanpa target. Aku benar-benar down dalam waktu yang tidak
singkat. Aktivitasku hanya bermalas-malasan, menonton tv dan mendengarkan musik
untuk hiburan, atau menulis di blog supaya terkesan ada hasil yang aku
kerjakan. Lebih parah, aku jadi suka jalan-jalan, ke luar kota untuk melepas
penat. Parahnya adalah aku terkesan mencari-cari alasan untuk bisa jalan-jalan.
Kali ini bukan untuk hobiku yang memang suka travelling, tapi lebih untuk
mengalihkan beban tugas akhirku yang menempel di kepala.
Tuhan berada pada prasangka
hambaNya. Orang baik akan memperoleh kebaikan.
Kedua kalimat itu benar
adanya. Sedikit demi sedikit aku mulai membangun kembali motivasi dan semangat
kerjaku. Kabar gembira datang, berkat Pak Heri yang ternyata kakaknya adalah
deputy monev LKPP, aku bisa memperoleh data yang aku inginkan. Dalam
menyebarkan kuesioner, meskipun banyak kendala, tetapi ternyata banyak sekali
orang-orang baik yang bersedia menolongku. Beberapa kali aku ditemani Liana dan
Dek Pita untuk menyebar proposal ke dinas-dinas. Dan beberapa bapak-bapak di dinas
yang dengan ramah membantuku menyebarkan kuesiner, yang sebelumnya aku
dicurigai karena dikira akan mengorek data pengadaan mereka.
Hari itu pengumuman batas
pendafataran sidang keluar. Aku kaget karena waktunya tinggal beberapa hari
lagi. Kalau sampai telat sehari saja, aku akan batal ikut wisuda bulan oktober
besok. Padahal kuesionerku belum mencukupi. Tapi aku tetap yakin bahwa aku akan
bisa menyelesaikan laporan ini tepat waktu dan bisa segera memperoleh ACC untuk
sidang.
Keyakinan seolah seperti
indera keenam, melahirkan keajaiban.
Dalam pikiranku
terngiang-ngiang tanggal 17 dan 24 september. Aku bertanya-tanya ada apakah di
tanggal itu. Seingatku tanggal 17 temanku Reni wisuda, tadinya aku bersama
Rahma dan Syafii berencana datang, tapi karena banyak kendala akhirnya kami
membatalkannya. Aku melihat kalender, ternyata 17 dan 24 september adalah hari
selasa. Hari selasa dan hari rabu adalah hari dimana Bu Aries ada di kampus. Akhirnya
aku jadikan kedua tanggal tersebut
sebagai targetku. Puji syukur kuesionerku dari dinas-dinas sudah terkumpul
semua. Dari 44 kuesioner yang aku bagikan, 31 di antaranya berhasil kembali
padaku. Aku segera menyelesaikan laporanku dan segera bimbingan ke Bu Nia. Bab
pengolahan data, pembahasan, dan analisis sudah lolos. Tapi dua hari berikutnya
hanya bimbingan untuk membenarkan kesimpulan dari format numeric angka menjadi
numeric huruf dan memperbaiki saran. Kali ini Bu Nia membuatku sedikit
deg-degan. Tapi aku tetap mencoba sabar. Dan finally, tanggal 17 september 2013
laporan tugas akhirku selesai dan aku di-ACC untuk bisa mengikuti sidang yang
dijadwalkan tanggal 24 september.
Hari-hari mendekati sidang
aku merasa takut. Bukan karena takut tidak menguasai materi, seperti yang dipikirkan
kebanyakan teman-temanku, tetapi lebih kepada hasil laporanku yang sangat
sederhana isinya. Hanya berisikan profil data hasil survei dan analisis SWOT
dari hasil kuesioner dan wawancara. Aku takut karena terlalu sederhana,
dosen-dosen yang memberikan kepercayaan penelitiannya padaku jadi kecewa karena
hasilnya tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan, terutama Bu Aries. Sebab
beliau pernah bercerita padaku tentang hasil penelitian mahasiswanya yang
dianggap jelek. Setelah aku lihat-lihat laporan TA-nya, bagiku penelitian itu
cukup rumit dan bagus. Kalau serumit itu dikatakan jelek, lantas bagaimana
dengan laporanku nanti? Padahal kami menggunakan rujukan model awal yang sama.
Tapi ternyata yang aku
takutkan berbanding terbalik 180 derajat. Di dalam ruang sidang, dosen-dosen
tersebut justru terkagum-kagum dengan hasil penelitianku. Aku juga mendapatkan
pujian dari Bu Aries tentang penyajian dataku yang dianggap bagus. Dan semakin
terkejut saat Bu Nia mengumumkan bahwa aku memperoleh nilai sempurna untuk
tugas akhirku, nilai 4,0. Aku sangat bersyukur dan bahagia di hari itu.
Sebelumnya aku sempat ragu
dengan penelitianku. Aku hanya melakukan survei pada data yang aku peroleh dari
LKPP. Kemudian menyebarkan kuesioner dan melakukan wawancara kepada PPK untuk
membuat analisis SWOT. Semua itu sangat simple. Bahkan teman-temanku juga
mengejekku karena metode penelitian yang sangat sederhana itu. Mereka
menyamakan tugas akhirku dengan tugas kuliah semester 2. Aku memang menciut
waktu itu.
Aku pernah berontak ketika
keinginanku melakukan teknik AHP setelah menyusun SWOT ditolak oleh Pak Heri.
Dalam pikirku tentu penelitianku akan sangat sederhana, dan aku tidak mau
seperti itu. Namun, Pak Heri meyakinkanku bahwa AHP setelah SWOT untuk
memperoleh faktor kritis adalah penelitian tahap kedua di proposal mereka,
sedangkan aku hanya bertugas mengerjakan tahap pertama. Tapi apa dayaku, aku
hanya seorang mahasiswa, selain itu Bu Nia dan Bu Aries pun setuju dengan
pernyataan Pak Heri.
Namun sekarang aku sadar.
Bahwa apa yang dimaksud oleh Pak Heri adalah yang terbaik bagiku, berkat itu
aku bisa segera merampungkan laporanku. Dan apa yang dikatakan Pak Erwin Widodo
dalam pelatihan e-jurnal yang aku ikuti sangatlah tepat, simpler is better. Dan aku sudah membuktikannya. Kini aku sudah
bergelar Sarjana Teknik. Dengan penelitian yang sederhana, tapi bermakna, dan
pastinya berbeda. Sesuai dengan apa yang aku rencanakan saat semester VI dulu.
Lembar Bimbingan |
Saat Sidang Sarjana |
Muhdam Azhar, ST. |
Great job, Mas Sadaaaam ;)
BalasHapusSo proud of you :')
Proud of u, too, Dinar.. I hope u all could do and get more :')
Hapus