Waktu
terasa berjalan begitu cepat. Terlalu banyak kisah untuk diungkap, terlalu
panjang untuk diulas.
Menjalani masa-masa menjadi mahasiswa seperti yang aku jalani memang tak
pernah terbayangkan sebelumnya. Aku dapat melewati lika-liku belajar di jurusan
Teknik Industri Universitas Diponegoro. Melewati masa orientasi di semester
awal, semester 2 yang penuh dengan kenyamanan, berbanding terbalik dengan
semester 3 yang penuh dengan rintangan, kebangkitan pada semester 4,
aktualisasi pada semester 5 dan 6, semester 7 yang mulai turun semangat, dan
semester 8 yang penuh dengan tantangan.
Mungkin tak terbayangkan, ketika mengingat kata-kata kakak kelasku
sewaktu SMA yang menyarankanku agar tidak kuliah di Semarang lantaran
terbatasnya ruang untuk beraktualisasi. Namun, aku rasa hal itu tidak berlaku
bagiku. Kini telah kubuktikan, semua itu tergantung pada individu
masing-masing. Dan Tuhan Maha Adil, maka akan datang rahmatNya di mana pun
berada. Di Undip, aku bisa memperoleh banyak hal. Aktif dalam organisasi
mahasiswa, menjadi wakil ketua himpunan mahasiswa, menjadi asisten
laboratorium, memperoleh beasiswa unggulan dengan segala bentuk fasilitasnya, menjadi
salah satu delegasi training di luar negeri, dan segala bentuk aktivitas dan
banyak hal yang aku peroleh selama masa kuliah. Hal itu cukup membuktikan bahwa aku
mampu dan bisa mendapatkan itu semua.
Semarang memang bukan kota idaman bagiku. Teriknya matahari, sampah
yang berserakan, sungai-sungai yang penuh dengan limbah, serta polusi membuatku
tidak nyaman di kota ini. Namun, kini Semarang telah merubah banyak
pemikiranku. Aku merasa nyaman sekarang di kota ini. Di samping kota yang mulai
berbenah, di sini aku juga telah banyak mengukir banyak hal. Setiap sudut kota
memberikanku cerita yang akan selalu indah untuk dikenang.
Separuh masa kuliahku aku habiskan bersama keluarga baruku, keluarga
kecil yang tinggal di sebuah asrama TNI di Jangli. Mereka adalah keluarga dari
ayahku, dan bagiku mereka adalah ayah, ibu, kakak, serta adik-adikku sendiri. Mungkin banyak
yang bertanya kenapa aku bisa betah tinggal bersama mereka di rumah sempit dan berjajar-jajar
itu. Bahkan mungkin pula tidak patut disebut rumah karena semua keterbatasan
yang ada. Namun, ternyata kasih sayang itu merubah segalanya. Segala kekurangan
menjadi kelebihan, segala beban menjadi tantangan, segala ketidaknyamanan tak
menjadi penghalang, itu semua yang aku rasakan.
Asrama Ex Brigif V D/6 RT 05 RW 06 Jangli Banyumanik Semarang |