Ilustrasi. Picture edited, source: kutilang.or.id |
Tak terasa sudah di
penghujung tahun. Tak terasa sudah melewati banyak hari, meninggalkan
cerita-cerita yang akan menjadi kenangan esok pagi. Kini sudah kutinggalkan
status mahasiswaku menjadi seorang "profesional". Awal tahun baru besok
insyaAllah aku akan meninggalkan rutinitasku ini, menyentuh rutinitas baru. Ya,
dunia kerja, yang menjadi impian bagi mahasiswa yang sudah diwisuda untuk bisa
meraihnya.
Mungkin tidak ada yang
menyangka, termasuk diriku sendiri. Tak pernah sama sekali kuniatkan untuk
bekerja di Ibukota, bahkan niat yang seperti itu sudah kutanggalkan jauh-jauh
sebelumnya. Aku mulai memantapkan diri untuk bekerja di kampung halaman sambil
menemani bapak ibu yang “kesepian” di rumah. Namun, ternyata kuasa Allah lebih
kuat dari rencana hambaNya. Aku diterima di sebuah perusahaan swasta yang head
office-nya di Jakarta, meskipun belum tentu aku akan menetap di sana, tetapi
satu bulan pertamaku akan aku jalani di sana.
Sebenarnya aku mendapatkan
tawaran untuk bisa bekerja di Jepara, di sebuah PLTU, tentu dengan gaji yang
lebih besar dan (harusnya) lebih cukup untuk biaya hidup ketimbang di Jakarta.
Namun, dengan berbagai pertimbangan dan juga hasil renungan kepada Sang Pemberi
Petunjuk, maka aku putuskan untuk tidak menerima tawaran tersebut meskipun yang
meminta adalah General Manager-nya sendiri.
Aku sempat mencari informasi
dari blog-blog orang alasan kenapa mereka memilih meniggalkan Jakarta. Aku
menemukan sebuah blog yang memberikan informasi cukup rinci dan jelas dan
kebetulan kota tujuan pindah penulisnya adalah Jepara. Berikut linknya
arif.widianto.com
Kalau kalian pikir itu akan
mengubah pikiranku, kurasa tidak.
Aku akan bercerita tentang
persahabatan seekor elang dan ayam. Kisah ini menjadi inspirasi bagiku untuk
mengambil keputusan tersebut.
Di dalam sebuah hutan yang lebat, hidup berdampingan seekor
elang dan ayam. Mereka menjadi sepasang sahabat sejak kecil. Sang elang tak
pernah sekalipun berpikir akan memangsa si ayam karena rasa kasih yang kuat di
antara mereka. Mereka selalu pergi bersama, saling menemani dalam suka maupun
duka.
Suatu ketika, Sang elang mempunyai rencana mengajak si ayam
terbang jalan-jalan keluar hutan. Pada awalnya si ayam menolak tawaran tersebut
lantaran takut jatuh. Namun, berkat usaha sang elang, si ayam pun yakin dan
berani menaruh kepercayaan kepada sahabatnya itu. Tak menunggu waktu lama, kaki
sang elang pun mencengkeram kuat tubuh si ayam. Diajaknya si ayam berkeliling
keluar hutan melihat indahnya dunia.
Dari atas awan, si ayam melihat sebuah perkampungan dengan
banyak ayam di sana. Ayam-ayam tersebut kelihatan sedang makan jagung hasil
pemberian tuannya. Si ayam memohon kepada sang elang untuk turun dan singgah di
sana. Sang elang pun menuruti permintaan sahabatnya.
Si ayam dengan mudah beradaptasi dengan teman sebangsanya.
Dia pun turut merasakan makanan pemberian tuan mereka. Namun, karena sudah
merasa nyaman di sana, si ayam tidak mau diajak kembali ke hutan oleh sang
elang. Dia berpikir dengan di sana, ia tidak perlu bersusah payah mencari makanan
seperti apa yang sering dia dan sang sang elang lakukan selama ini. Sang elang
pun ikhlas menerima keputusan sahabatnya. Akhirnya sang elang meninggalkan si
ayam bersama kawanannya di perkampungan.
Namun, tak disangka, penduduk kampung akan melaksanakan
khajatan besar hari itu. Ayam-ayam yang sudah dewasa akan disembelih sebagai
santapan dalam pesta, tak terkecuali si ayam. Si ayam pun menangis sedih dan
teringat sahabatnya, sang elang. Di sisi lain, sang elang sedang terbang bebas
mengitari dunia, mencari makanan, dan menikmati hidupnya.
Dari kisah di atas, aku
berharap bisa menjadi sang elang yang bisa terbang bebas, menjadi pribadi yang
mandiri, tidak terpaku dalam zona nyaman hidupnya. Aku ingin selalu bisa
menemukan hal-hal baru, lingkungan dan ilmu baru. Dunia ini masih sangat luas
untuk kuarungi. Aku ingin bisa mengenal duniaku, mengenal Tuhanku lebih
dekat melalui berbagai ciptaanNya. Aku harap kebijaksanaan akan datang padaku setelah
aku berhasil hijrah dari zona nyamanku. Dan kelak bisa memberikan kebaikan
baginya ketika kukembali. Wallahu a’lam.
Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman. Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang. Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti saudara dan kawan. Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang. (Imam Syafi’i)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar