Bogor, Kota Hujan ini selain megantongi banyak catatan sejarah juga merupakan tempat yang tepat untuk mencari khasanah kuliner nusantara. Bagaimana tidak, contohnya saja di sepanjang Jalan Surya Kencana atau lebih tepatnya di Gang Aut, para pedagang rumahan dan kaki lima berdiri berjajar menjajakan dagangannya. Beraneka jenis makanan dan minuman ditawarkan dengan tampilan yang menggugah selera.
Perjalanan ke Bogor kali ini kita mulai dari Stasiun
Sudirman. Sebenarnya akhir pekan di Bulan Ramadhan kali ini merupakan waktu
yang kurang tepat untuk menikmati Bogor, dan terbukti begitu Commuter Line
jurusan Bogor datang, kereta listrik itu sudah penuh sesak dengan manusia.
Rasanya hampir sudah tak muat lagi menampung kami para penumpang dari Sudirman.
Kalau menggunakan istilah Mpok Jupe, ini kereta sampe tumpeh-tumpeh deh. Satu
jam perjalanan dengan kaki berdiri rasanya cukup menjadi coba puasa hari itu. Begitu
sampai di Bogor kami disambut riuhnya mobil angkot yang rame di jalanan. Ya,
selain dikenal dengan Kota Hujan, Bogor juga dikenal dengan Kota Seribu Angkot.
Jalan Surya Kencana menjadi tujuan utama kita. Di sana sudah
berjajar para pedagang aneka makanan dan minuman khas Bogor. Seketika setelah
mencari masjid untuk sholat, kita langsung kalap, rasanya ingin membeli semua
yang ada di sana. Makanan pertama yang kita beli adalah Soto Kuning yang berada
tepat di seberang Bank Mandiri Surya Kencana. Lapak sederhana milik keturunan Arab
ini sangat ramai dikerumuni pelanggan. Bayangkan saja, dalam waktu kurang dari
2 jam, makanan yang dijajakan sudah ludes dijual. Kita pun hampir saja
kehabisan, hanya mendapatkan sisa-sisanya. Lapak milik Bang Ali
ini setiap harinya buka pukul 4 sore, dan segera tutup setelah dagangannya
habis. Menurut penuturan Mas Agus, saat hari biasa (bukan dalam moment
Ramadhan) dipastikan antrean Soto Kuning ini bisa lebih panjang. Aku sendiri
ngga bisa membayangkan gimana rasanya mengantre demi seseruput Soto Kuning yang
lezat ini. Makanan pertama, recommended.
Sambil menunggu Soto Kuning kita disiapkan, dan memang
karena belum memasuki waktu berbuka, kita mencari-cari kudapan yang lain. Ada
Es Cincau, Manisan, Laksa Bogor, dan Dongkal. Apa itu Dongkal? Menurutku
sendiri Dongkal ini mirip dengan Gethuk (Jawa). Terbuat dari bahan beras,
kelapa, dan gula jawa. Dalam penyajiannya, Dongkal dicampur dengan talas rebus,
gula pasir, dan kelapa parut. Seporsi hanya Rp 10.000 dan dapat sebungkus
Dongkal yang gede.
Setelah berbuka dengan Soto Kuning, perburuan kuliner kita
belum berhenti. Masih di Jalan Surya Kencana, perjalanan kita lanjutkan untuk mencari primadona yang aku
idam-idamkan. The Queen of The Dish, Asinan Bogor. Toko aka Warung yang kita
tuju adalah Gedung Dalam. Konon, Gedung Dalam ini mempunyai asinan yang terenak
seantero Bogor dan namanya sudah tersohor hingga ke negeri seberang. Sayang
sungguh disayang, begitu kita sampai di sana, warung akan tutup, kita tidak
bisa menikmati asinan di tempat. Tapi tenang, masih bisa dibungkus kok. Ada
sebungkus asinan sayur dan sebungkus lagi asinan buah. Dari tampilannya, aku sudah
tergoda, ngga sabar ingin segera menyantapnya.
Dari Gedung Dalam, Petuangan Sadam (masih saudaraan sama
Petualangan Sherina) berlanjut ke Surabi Duren. Rian yang juga pecinta duren
sudah ngiler sepanjang perjalanan. Dua buah Surabi Duren dan sebuah Surabi
Coklat Keju pun datang. Kok coklat keju, bukan duren? Ya, sepertinya aku salah
memesan, niatnya pengen bilang duren coklat keju, tapi yang tersampaikan hanya
coklat keju. Ah, menyesal. Tapi soal rasa, ngga kalah dengan yang lain.
Es Cincau |
Dongkal, Gethuk Ala Bogor |
Suasana Jalan Surya Kencana aka Gang Aut |
Bapak Panjual Soto Kuning |
Lapak Soto Kuning |
Gedung Dalam, Tempat The Queen of The Dish |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar