Menyambut kedatangan Mba Histor |
Awal tahun 2015 ini aku sangat bersyukur. Mendapat
kesempatan libur panjang yang aku manfaatkan untuk kembali ke kampung halaman,
Jepara. Dalam agenda dadakan ini, aku tidak sendirian, tapi bersama si Rian dan
si Azmi.
Kebetulan salah seorang teman yang baru kukenal di Jakarta
secara tidak sengaja sedang berkunjung ke Jepara, mengajak seorang lagi.
Historina, wanita asli Lampung yang sekarang bekerja di Kedutaan Jepang, dan
Mas Fauzan aka Ojan, seorang arsitek freelancer. Mereka adalah bagian dari
penggiat Kelas Inspirasi. Agendanya adalah memberikan inspirasi di rumah –
rumah singgah. Pada kesempatan kali ini, Mba Histor beserta Mas Ojan
memanfaatkan libur panjang mereka untuk berbagi inspirasi di Rumah Baca di Kopeng
Salatiga dan Rumah Belajar Ilalang (Rumah Belalang) di Kecapi Jepara.
Hari Jumat pagi, 2 Januari 2015, aku dan Mba Histor janjian
bertemu di Pantai Kartini. Aku tidak sendirian, aku ajak Taqwa, keponakanku.
Sebenarnya yang aktif berkomunikasi dengan Mba Histor adalah si Rian. Pagi itu
ternyata selain Rian, ada dua orang kawan lamaku, Eriz dan Sirot. Dua orang
seniman muda ini yang akan mengantarkan kami menuju rumah Mas Hasan di Kecapi
yang sekaligus sebagai basecamp kedua Rumah Belajar Ilalang. Just info,
sebenarnya Rumah Belajar Ilalang pertama kali didirikan di Desa Plajan
Kecamatan Pakis Aji, seiring berkembangnya waktu, Mas Hasan dan para Ranger
(sebutan untuk aktivits Rumah Belalang) membuka “cabang” di Kecapi.
Nameplat Rumah Belajar Ilalang |
Sesampainya di Basecamp Rumah Belalang, kami disambut oleh
Mas Hasan. Lalu kami diijinkan masuk dan bertemu dengan adik-adik. Meskipun
hari libur, tapi jumlah adik yang datang hanya sedikit yaitu 7 orang. Namun hal
tersebut tidak mengurangi semangat kami.
Sesi pertama adalah perkenalan. Tak kenal maka tak sayang.
Kami mulai dulu, lalu dengan malu-malu para adik memperkenalkan diri dengan
gaya masing-masing.
Sesi selanjutnya adalah sesi inti, yaitu bercerita tentang
profesi kami masing-masing. Tujuannya supaya adik-adik bisa mengetahui bermacam-macam
profesi atau pekerjaan, mengetahui aktivitas yang kami lakukan dalam pekerjaan
itu, proses bisnis perusahaan, serta tahu bagaimana kami bisa mendapatkan
posisi pekerjaan tersebut.
Perkenalan pertama dibuka oleh Mba Histor, bekerja di
Kedutaan Jepang mungkin tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Bagaimana tidak,
Historina merupakan sarjana Fakultas Kelautan Universitas Padjajaran. Namun,
berkat kemampuan Bahasa Inggrisnya yang bagus, serta pengetahuan dan
pengalamannya yang luas dengan pernah beberapa kali berkunjung ke luar negeri,
akhirnya Histor mampu seperti saat ini. Bekerja di Kedutaan Jepang membuat
Historina dapat bekerja sama dengan banyak orang Jepang dan mengenal lebih
dalam kebudayaan mereka. Selain itu, yang lebih menarik, Histor juga punya
kesempatan untuk berkunjung ke negeri sakura. Dalam perkenalan tersebut, Mba
Histor mengenakan pakaian khas Jepang yang biasa dipakai saat event-event
khusus, bernama Hapi.
Dari Mba Histor, sesi inspirasi selanjutnya aku yang
melanjurkan. Diikuti Rian yang bercerita pengalaman kerjanya di Ashahi, Sirot
yang meskipun masih melanjutkan studinya tetapi seniman ini mampu bercerita
dengan apiknya tentang pengalaman- pengalaman ketika main teater, dan ditutup
oleh Mas Ojan, arsitektur lulusan ITB yang sering memperoleh banyak proyek.
Giliran Sadam berbagi Inspirasi |
Awalnya kami pikir kunjungan kami semata-mata untuk
memberikan inspirasi buat adik-adik di Rumah Belalang. Namun, mendengar
penjelasan dari Mas Hasan, ternyata adik-adik itu juga berhasil memberikan
inspirasi buat kami. Mereka ada yang jago menari bahkan sampai juara nasional
di Jakarta, membawakan tarian khas Daerah Jepara, yaitu tari Kridajati, ada
yang jago berakting, baca puisi, dan berbagai kesenian lain. Ada pula yang
menjadi juara polisi cilik. Inilah hidup, kita saling mengisi dan memberi
inspirasi. Aku sendiri jadi teringat quote dari salah satu teman, “Bahwa setiap
orang yang aku temui selalu menginspirasiku” (Pratita Saraswati).
Sesi terakhir, Mba Histor mengajak adik-adik untuk dapat
bermimpi dengan menggantungkan cita-cita setinggi langit dan berusaha keras
menggapainya. Mba Histor meminta adik-adik, termasuk kami, untuk menuliskan
cita-cita kami, kemudian dibacakannya satu per satu dan yang lain mengamini.
Aku sendiri penasaran dengan cita-cita Si Taqwa, ternyata
dia ingin menjadi Game Maker. Subhanallah, ternyata keponakanku ini mampu
berpikir dewasa. Kesukaannya bermain game, dan kadang aku pun harus meladeninya
dengan berbagai obrolan seputar game yang aku sendiri tidak tahu apa bentuknya,
tetapi dia berani menjadikan hobinya itu menjadi sebuah cita-cita yang positif.
Bangga.
Foto bersama Mas Hasan dan Adik-adik Rumah Belalang |
aku baca blogmu Dam
BalasHapus