Terdapat banyak hal yang harus kita sadari terkait apa – apa
saja yang telah diberikan oleh Tuhan kepada kita. Tentang wujud fisik, bahwa
tak satu pun makhlukNya diberi kesempurnaan fisik, bahkan seorang pangeran atau
putri raja. Begitu juga tentang kemampuan atau skill, tak seorang pun pandai
dalam semua hal, meskipun ia seorang nabi.
Dalam suatu acara reality show di televisi, diberitakan
seorang anak terlahir hanya dengan satu kaki. Mungkin bagi sebagian orang,
kekurangan fisik tersebut akan menghambat kehidupannya kelak. Ia tak akan mampu
bekerja dengan maksimal, mentalnya tumbuh tak selayaknya, minder dengan kondisi
fisik yang ia punyai. Bahkan sebagian lagi akan berpikir bahwa kelak ia akan
menjadi pengemis di jalanan karena keterbatasan yang dipunya. Namun, fakta
berkata lain, Anak kecil tanpa kaki sebelah kanan tersebut, sayangnya aku lupa
mencatat siapa namanya, kini tumbuh menjadi anak yang luar biasa. Dengan
bantuan kaki palsu, ia tampak piawai bermain berbagai jenis olahraga, bukan
oalah raga ringan, melainkan olahraga yang cukup menguras energi dan memerlukan
keterampilan fisik, seperti futsal, basket, dan lompat jauh. Dengan kaki
palsunya, sedikit pun tak tampak rasa minder terlihat dari wajahnya.
Kemampuannya berlari dan menggiring bola seolah – olah melupakan kekurangan
yang ia punya.
Di belahan dunia lain, juga banyak sekali orang – orang yang
terlahir dan bernasib seperti si kecil tanpa kaki kanan itu. Mereka juga
memiliki keterbatasan, tetapi mereka juga mempunyai semangat hidup yang membara
seperti cahaya yang tak pernah padam.
Michael Phelps, sejak kecil divonis menderita Attention Deficit Hyperactivity Disorder
(ADHD), bahkan dengan kelainan tersebut, banyak yang mengecam Phelps kecil tak
akan sukses di masa depan. Namun, Phelps dapat membuktikan kepada semua orang
bahwa dengan kekurangan yang ia miliki, ia justru mampu menorehkan banyak
prestasi yang tak banyak orang menyangka.
Itulah kemahaadilan Tuhan, di satu sisi Ia menciptakan kelebihan
dan di sisi lain Ia ciptakan kekurangan. Kelebihan tak lantas menjadi kekuatan
(strength) kita, begitu juga kelemahan tak lantas menjadi kelemahan (weakness)
kita. Baik kelebihan maupun kekurangan dapat menjadi kekuatan ataupun kelemahan
tergantung bagaimana kita mengatur keduanya.