Wah udah lama banget ya ngga nulis di blog, ini kalo rumah pasti udah minta renov gegara saking lamanya ngga ditinggalin, boro-boro ngerawat. Sebenernya di dalam otak ini buanyak banget yang mau ditulis, apalagi pas jaman covid masih anget-angetnya, isi kepala kayak mau pecah karena saking banyaknya fenomena yang bikin aku overthinking. Padahal sebenernya pelarian dari semua itu ya sebenernya nulis ya. Ini gara-gara semalam akhirnya baru nonton film Cek Toko Sebelah 2 di Netflix dimana scene Koh Afuk merecall momen dimana dia benci sama pribumi karena pernah menjarah dagangannya di masa reformasi, hanya karena dia "Cina". Memori itu bikin dia sakit ati banget sampe susah buat dilupain. Karena scene itu aku jadi keinget temen2ku di masa SMP dan beberapa rekan kerja yang dijuluki "Cina".
Etnis Tionghoa atau Cina tergolong salah satu etnis terbesar di Indonesia, menurut data dari Kompas jumlahnya mencapai 1,7 juta jiwa pada Tahun 2000. Sebenarnya mungkin bisa bertambah, tapi karena sebagian etnis Tionghoa di Indonesia menyematkan etnis pribumi pada identitasnya, seperti Jawa atau Sunda untuk bisa dianggap sebagai "warga lokal". Desclaimer, blog ini bukanlah blog edukasi ya, hanya sebagai wadah penyampaian opini pribadi atas pengalaman-pengalaman pribadi juga.
Kita semua tentu sama-sama paham bahwa sampai di penghujung 2023 saat era keterbukaan opini, banyak orang sudah mulai terbuka dan permisif terhadap banyak hal, bahkan termasuk pada orientasi gender yang ramai lagi dibahas. Namun nyatanya, penyematan sebagai "Orang Cina" untuk warga etnis Tionghoa di Indonesia masih banyak dilakukan, hal ini mendiskreditkan seolah-olah mereka bukanlah bagian dari Warga Negara Indonesia. Kalau ada yang pernah mendengar salah satu alasan Sultan Hamengkubowo IX menolak orang Cina memiliki hak properti di Jogja adalah kerana orang-orang Cina kala itu, saat invasi Belanda Tahun 1948, bukannya membantu perjuangan rakyat pribumi melawan penjajah, malah justru membantu si Penjajah. Tapi menurut saya, apa yang dilakukan oleh orang-orang Cina Jogja waktu itu ngga bisa digeneralisir. Karena nyatanya banyak juga orang Cina ini yang juga membantu merebut dan mempertahankan kemerdekaan, seperti John Lie, atau Soe Hok Gie yang sampe dibuatkan film, dan masih banyak lagi.
Dan tentu kita sebagai Bangsa Indonesia, harus banyak berterima kasih, karena kedatangan leluhur mereka di masa lampau saat ini kita punya banyak khasanah seni dan budaya yang akhirnya kita asimilasi, terutama kuliner. Bahkan kerajinan seni ukir yang membuat Jepara menjadi kota penghasil furniture kelas dunia juga diajarkan oleh orang Cina. Kalau ada yang beranggapan bahwa orang-orang Cina ini adalah cikal bakal lahirnya komunis di Indonesia dan tengah berupaya membangkitkan lagi, ya mungkin itu benar. Tapi perlu diketahui bahwa di Cina Daratan sana (negara RRC-red) meski mereka mengklaim bahwa mereka adalah negara komunis, tapi nyatanya mereka sangat beragam, banyak juga penganut Kristus dan bahkan muslim lahir disana, termasuk mereka juga yang turut berperan dalam menyebarkan Islam di Indonesia, terutama saat kerajaan-kerajaan Islam di Jawa berkuasa, seperti Demak.
Karena sejatinya memang kita ini beragam, kita ngga bisa menyamaratakan setiap orang. Terlahir dari satu garis keturunan pun ngga menjamin dia akan memiliki sifat yang sama, bukan? Contoh ekstrimnya seperti Nuh AS yang taat, sedangkan anaknya Kan'an tidak. Begitu juga orang-orang Cina itu. Kalaupun ada stereotip yang membuat mereka terkesan negatif, misal seperti cap "Orang Cina itu pelit" dan lain-lain, lantas apakah ngga ada orang Cina yang sedermawan? Rekam jejak Tjong A Fie atau Jusuf Hamka mungkin bisa menjawab. Dan masih banyak lagi orang-orang Cina biasa yang ngga kita kenal tapi jiwa sosialnya tinggi.
Aku bersekolah SMP di salah satu SMP Negeri di Jepara, sepertinya itu satu-satunya sekolah negeri yang banyak "menampung" orang-orang Cina. Kalau mereka ngga diterima di sekolah itu, mereka akan memilih sekolah kristen swasta yang notebene kalah bagus dibanding sekolah negeri lain di Jepara. Mereka harus rela menelan kenyataan itu karena mereka ngga siap ketika bercampur dengan pribumi yang seringnya membully dengan sebutan "orang Cina". Mereka memang orang Cina, tapi mereka sedih dan merasa terasingkan ketika dipanggil "Cina". Ketika menginjak SMA, mayoritas mereka harus bersekolah keluar kota, jauh dari keluarga, ya selain untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik, mereka juga masih enggan dibully dengan panggilan "Cina". Dan ternyata ini banyak terjadi di lingkungan kita. Ya sebenernya perkara rasisme ini ngga cuma terjadi di Indonesia sih, tapi juga terjadi di berbagai belahan dunia lain, bahkan negara semaju Amerika yang katanya pola pikirnya juga maju, orang-orang kulit putihnya sering rasis ke orang-orang Asia apalagi Afrika. Kita pernah dengar istilah "Orang Negro" kan? ya, penyematan nama itu untuk orang-orang berkulit hitam juga mereka yang mulai (orang kulit putih-red).
Saat kerja di salah satu perusahaan swasta di Jakarta, aku punya banyak rekan kerja orang Cina, salah satunya Ci Chang. Dia pernah cerita gimana ribetnya ngurus KTP di Jakarta (ini juga terjadi di daerah ya, dan bahkan menurut penuturan Ci Chang kayaknya ngurus KTP di daerah lebih ribet dan lama waktu itu -versiku). Ini bukan perkara ribetnya, tapi waktu itu dia kesel sama petugas lantaran disebut sebagai orang Cina. Kata dia, "Aku ini orang Indonesia, orang Jakarta, kok dibilang orang Cina". Iya, mereka ini memang orang Indonesia, bukan orang Cina, bahkan orang-orang Cina Jawa ngga bisa berbahasa Cina manapun, malah lebih fasih berbahasa Jawa atau daerah masing-masing. Kalau di Kebumen, orang-orang Cinanya juga ngapak. LOL
Meski mereka bermata sipit, berkulit putih, yang mungkin berbeda sama kita yang mayoritas, tetapi mereka juga bagian dari kita bukan? "Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. (QS Alhujurat : 13)"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar